Senin, 30 November 2009

Warna bunga yg paling cantik itu adalah bunga yg warnanya putih.
Mungkin kebanyakan orang lebih memilih warna merah atau pink, karena katanya itu melambangkan cinta. hmm.. tapi menurut buku, “cinta si merah” itu kesannya terlalu sensual dan emosional. Berbeda dengan “cinta si putih”, --di balik kesederhanaannya…warna putih itu melambangkan ketulusan dan kesucian.

Kalau diperhatikan, mawar putih, lily putih, tulip putih, anggrek putih, kamboja putih, melati putih, semuanya selalu cantik dan manis dipandang. Sayangnya ga berapa lama bunga-bunga itu akhirnya layu juga. Tapi ada satu bunga putih yg kecantikannya abadi, walaupun ga secantik mawar atau seharum melati, yupz!! kita semua tahu namanya bunga Edelweiss.

Kalo ga salah bunga ini diambil dari bahasa Jerman, edel = noble (mulia), weiss = white (putih). Dari namanya, bunga ini melambangkan keagungan, kesucian, keabadian. Selain cantik, bunga imut-imut ini juga terjaga di puncak gunung, limited edition, sulit didapatkan orang, cuma pendaki-pendaki tangguh aja yg bisa liat bunga ini, sayang yaa udah jauh-jauh cuma bisa diliat doang.. Kalo mau petik kudu lapor dulu sama polisi hutan, beribet juga prosedurnya (biar halal), kecuali kalo maksa petik, haram bo! sama aja kaya nyuri mangga tetangga, hehehe.

Pernah baca di novel “2 love” kalo bunga edelweiss ini ada dongengnya juga, semacam dongeng Putri Salju, dongeng cewe banget gitu, melankolis-melankolis gitu deh (“Termehek-mehek” kalo Trans TV bilang, hhhh). Katanya, bunga edelweiss itu bunganya peri salju / peri gunung. Once upon a time, ada kerajaan di puncak gunung yg dijaga oleh peri-peri salju, di sana terdapat istana yg dihuni oleh seorang Ratu Salju. Suatu hari, ada seorang pendaki (ganteng kayanya) yg sampai di istana itu dan bertemu dengan Ratu Salju hingga akhirnya keduanya saling jatuh cinta (duh, malu!! hihihi), akan tetapi peri-peri penjaga istana itu iri pada sang pendaki yg mendapatkan hati sang Ratu, sehingga segala macam cara dilakukan agar pendaki itu menjauh dari istana, tanpa sepengetahuan sang Ratu. Namun pendaki itu tetap tangguh berjuang sampai akhirnya dia terjatuh ke lembah jauh-jauh dari istana karena peri-peri salju itu. Sang Ratu Salju ga mengerti apa kesalahannya sampai pendaki itu pergi, dia sedih sampai akhirnya tahu kalo pendaki itu sudah menikah dengan seorang gadis kampung biasa.

Tanpa disadari, kesedihannya itu terlalu mendalam karena merasa dikhianati.. ia terus menangis dan menangis sampai tak terasa tiap tetesan air matanya berubah menjadi bulir-bulir kecil bunga yg cantik, bunga yg tak pernah layu, selalu abadi, seabadi “rasa” sang Ratu Salju pada sang pendaki.. rasa cinta dan mungkin rasa kecewanya.. Bunga itulah yang kita kenal dengan bunga Edelweiss.
Uhuhu… cengeng ya!! Namanya juga dongeng… Kalo mau tahu “rasa”nya, kayanya Kerispatih tahu deh… “Bila Rasaku Ini Rasamu”…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar