Senin, 30 November 2009


Saudariku, pernahkah kalian melihat taman bunga Edelweiss?Yang begitu anggun menghiasi taman bumi?Yang begitu teguh berdiri di tengah dinginnya suhu pegunungan. Kalaulah belum, izinkanlah aku berbagi keindahan tentang taman itu. Ya, walaupun baru kali pertama aku melihatnya…Semoga Allah masih memberi kesempatan untuk terus bertafakkur…

Juli 2002, sebuah pendakian penuh hikmah di gunung Gede-Pangrango saat Lomba Pramuka Tingkat V. Bertafakkur dari apa-apa saja yang telah Rabb-ku anugerahkan.

Lelah!pastilah terasa. Terjal, jurang yang curam, jalan yang berliku-liku senantiasa menjadi teman di perjalanan.Tapi tahukah saudariku, sungguh...Allah Maha Adil…Allah pun menjadikan pemandangan indah sebagai obat hati berlabel penawar lelah penyejuk hati. Subhanallah…Mata air yang airnya begitu sejuk menyentuh qolbu …Ya, Telaga Biru. Allah pun menjadikan air terjun air panas sebagai media perenungan diri. Betapa besar kekuasaan Allah…Subhanallah…Alhamdulilah…wa la illaha ilallahu Allahu Akbar...

Kembali pada bunga Edelweiss nan tumbuh anggun di taman bumi…Butuh perjuangan untuk langsung bertatap muka dengannya. Subhanallah…Maha Suci Allah yang menganugerahinya lingkungan pengunungan yang tinggi. Sehingga tidak sembarang orang dapat melihat, menyentuh, apalagi sampai memetiknya. Ya, butuh pendakian yang melelahkan. Edelweiss,kau beruntung!Hanya orang-orang yang memiliki keteguhan yang mampu berkunjung ke taman indahmu.

Allah pun menganugerahinya dengan kuntum-kuntum bunga indah yang tahan dengan berbagai perubahan lingkungan. Baik ketika suhu pegunungan turun dari biasamya, maupun ketika suhu naik beberapa derajat. Ya,dia tetaplah Bunga Edelweiss yang teguh pendirian. Pantaslah “Bunga Abadi” melekat erat memeluk keteguhannya.

Tak sabar hati ini ingin bertemu dengan bunga anggun penghias taman bumi itu…entah berapa jam kaki ini melangkah seraya terus bertasbih, bertahmid, bertakbir atas segala karunia-Nya. Di saat kaki ini benar-benar telah payah, namun ruang di hati dipenuhi ketenangan…tiba-tiba kakak seniorku memberitakan bahwa 300 meter lagi kami (rombongan) akan tiba di taman Edelweiss itu…

Subhanallah…Alhamdulilah…wa la illaha ilallahu Allahu Akbar...akhirnya tiba juga di taman impian…Taman yang begitu indah.Ya Allah…nikmat hidup yang begitu besar bagi manusia ‘kecil’ seperti aku.Fa biayyi aa laaa irabbikuma tukadzzibaan…Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan…Kaca di sudut mata kini menjadi bulir-bulir air yang membasahi wajah, memberi kesejukan dalam hati…Kurenungi diri berteman dinginnya es di hati yang kini pun mulai mencair.

Saudariku, ku tak ingin kau sekedar mengagumi keindahan dan keteguhan bunga abadi itu…Jika kau wanita, jadilah muslimah yang senantiasa teguh dan meneguhkan dalam menegakkan agama Allah. Yang tidak dengan mudahnya tersentuh tangan-tangan yang hanya mengagumi kecantikan fisikmu.Semoga kita menjadi muslimah-muslimah penghias taman bumi…Yang kelak kan menjadi bidadari di taman “bunga abadi” yang benar-benar abadi…taman syurga…insya Allah…

Tapi jika kau pria, jadilah seorang “pendaki” yang teguh berjuang demi melihat, menyentuh, dan memetik satu “bunga Edelweiss” di taman bumi ini…Berikhtiarlah…dan jangan lupa untuk juga meminta izin pada Sang Pemilik Bunga…Semoga kalian di anugerahi satu dari bunga itu…yang senantiasa memberi semangat ketika jalan dakwah mulai terasa melelahkan, yang senantiasa menegur sopan dengan untaian kalimat yang begitu menyejukkan hati ketika ada lisan, fikir, dan tindakan yang tidak sesuai syari’at, yang senyumnya senantiasa menjadi penawar lelah, yang dalam tiap untaian salamnya senantiasa terhias doa-doa keselamatan, yang sapanya senantiasa menjadi ‘virus rindu’ ketika kau berada jauh darinya, yang dalam setiap tindakan dan tutur katanya terhias kesopanan, yang hari-harinya dilalui dengan santun pada orang lain…semoga…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar